Senin, 16 Januari 2017

運動会 Undoukai - Festival Olahraga Anak dan Keluarga!




Hai teman-teman!

Sebentar lagi sudah akan memulai semester baru nih, tetap semangat! Seperti yang dikatakan pepatah jepang 子供は風の子 Kodomo wa kaze no ko yang berarti anak yang bermain di luar seberapa kencang ataupun dinginnya angin di luar.

Baiklah, seperti yang sudah kutulis di post lalu. Kali ini aku akan menulis tentang 運動会 Undoukai atau dalam bahasa Indonesia artinya adalah festival olahraga. Baiklah, jadi apakah teman-teman sewaktu kecil pernah ada lomba olahraga di sekolah? Yup, di Jepang dikenal dengan istilah ini. Pada musim panas, sekolah di Jepang akan menyelenggarakan undoukai.

Lalu siapa saja yang ikut serta dalam festival olahraga ini? Tentu selain murid-murid dan gurunya, sekolah akan mengundang keluarga dan tamu penting jika diperlukan. Salah satu tujuannya adalah untuk menunjukkan kepada keluarga sang anak betapa aktifnya dia di sekolah. Ini juga menjadi kesempatan bagus untuk seorang anak membuat bangga kedua orang tuanya. Lalu bagaimana sih serunya Undoukai?


setting up for sports day
https://www.tofugu.com
Sebelum memulai, tentu kita harus mengenali dulu suhu di Jepang ketika musim panas. Karena undoukai akan berlangsung seharian di tengah panasnya Jepang yang suka disebut 蒸し暑い Mushiatsui yaitu panas lembab. Perlu ada persiapan seperti topi, handuk, baju olahraga, bentou, tikar, payung dan sunblock. Nah, keluarga di Jepang biasanya membawa tikar untuk duduk menyaksikan anak-anaknya berlomba, dan tidak lupa dengan membawa bekal makanan yang cukup!




Nah, kalau kita lihat dari gambar di atas, terlihat menarik bukan? Para orang tua duduk bersama di lapangan sekolah terbuka, dan menonton perlombaan sambil menyemangati. Lalu, apa saja sih yang diselenggarakan saat undoukai ini?

Seperti festival olahraga pada umumnya, tentu ada Opening Ceremony terlebih dahulu. Kepala sekolah yang biasanya menyampaikan pesan-pesannya, disusul oleh ketua osis (salah satu ketua kelas jika masih di tingkat SD), dan perwakilan orang tua. Setelah itu, mereka akan mengibarkan bendera. Wah, tidak beda jauh dengan yang biasa ada di Indonesia ya.

Selanjutnya adalah pemanasan. Tentu saja pemanasan ini tidak hanya dilakukan sendiri-sendiri dan hanya peserta lombanya saja, orang tuapun bisa ikut serta lho! Kalau zaman sekarang, sekolah-sekolah sudah memakai lagu-lagu pop modern, tapi lagu dengan instrumen piano yang tradisional ini juga tidak luput dari hati para peserta lho teman-teman. Kita lihat yuk di bawah.
Pemanasan ini namanya ラジオ体操 Rajio Taisou



Bagaimana? Asyik sekali kan?
Nah, setelah rajio taisou maka acara perlombaan baru dimulai.
PERLOMBAAN
https://c1.staticflickr.com/1/307/18007439334_3e526bd3e1_b.jpg
Perlombaan yang paling umum dilakukan adalah, ムカデ競争 Mukade Kyousou. Ini adalah balapan dengan kaki diikat, kelompok mana yang tidak kompak pasti akan jatuh!
Tidak kalah dengan para murid, keluarga yang datang pun bisa berpartisipasi lho!

http://www.urawa-th.spec.ed.jp/
Siapa yang tidak kenal lomba tarik tambang? Kalau di kita sebutannya adalah tarik  tambang, dalam Bahasa Jepang dinamakan 綱引き Tsunahiki. Yep, pada Undoukai juga diadakan permainan ini lho. Selain anak-anak yang bermain, dalam permainan ini pun orang tua kerap diundang untuk bergabung. Hal seru lainnya adalah, biasanya dibuat team Guru dan team Orang tua. Sang anak akan menonton guru-gurunya yang setiap hari mengajar di kelas untuk bersaing dengan orang tua mereka dalam perlombaan, wah seru sekali.

Dan masih banyak lagi perlombaan lain yang diadakan seharian. Wah, asyik sekali ya kegiatan sekolah di Jepang ini. Acara mengasyikkan ini namun tentu harus berakhir ketika sudah menjelang sore hari. Para peserta, komite orang tua, dan guru-guru berkumpul kembali di lapangan sekolah untuk melakukan Closing Ceremony, yang juga menjadi ajang penyerahan hadiah bagi pemenang lomba. Betapa bangganya jika seorang anak dapat menunjukkan piala yang didapat hari itu kepada orang tuanya.

Bagaimana teman-teman? Ingin sekali-kali mencoba berpartisipasi dalam Undoukai?
Baiklah sampai di sini dulu postku kali ini, sampai bertemu di post selanjutnya tentang apa saja yang terjadi di keluarga Jepang ketika anak-anaknya sudah mulai tumbuh dewasa.
Hehehe, sampai jumpa!

Minggu, 15 Januari 2017

保育園 Hoikuen , Daycare-takers di Jepang!



Hai teman-teman,

Bagaimana kabarnya? Semoga hari kalian selalu baik yaa. Nah, sesuai yang kutulis pada postingan sebelumnya kali ini aku akan mengajak teman-teman untuk melihat suatu keadaan masyarakat pada keluarga Jepang yang menurutku unik untuk dipelajari.

Sebelum kita ke topik pembahasan, aku ingin bertanya. Apakah di antara teman-teman ada yang orang tuanya bekerja dan pulang saat sore menjelang malam hari? Yup, ini tentu bukan hal yang jarang. Banyak sekali orang tua yang kerap berangkat pagi hari untuk bekerja dan pulang pada sore hari.

Nah, pertanyaan paling umum yang muncul dari hal ini adalah "Lalu bagaimana mengurus keluarganya?"
Tentu saja jawaban dari tiap orang tua akan berbeda-beda. Ada yang bangun lebih pagi untuk mengurus kebutuhan keluarganya terlebih dahulu, ataupun ada juga yang meminta bantuan tenaga orang lain. Semua ini merupakan cara yang ditentukan tiap keluarga di dalam kehidupannya.

Lalu, yang akan menjadi pembahasan di postku kali ini adalah, apa yang dilakukan orang tua di Jepang jika mereka memiliki anak sekaligus juga memiliki pekerjaan sejak pagi hingga sore menjelang malam hari? Betul jika dibilang banyak cara yang dapat dilakukan, namun kali ini aku ingin mengajak teman-teman untuk mengitip pada salah satu cara orang tua yaitu, menitipkan anaknya pada 保育園 (Hoikuen) atau kita bisa menyebutnya dengan daycare-takers. Jepang cukup mengenal cara ini, pun di Indonesia juga terdapat beberapa lembaga seperti ini.

Jadi, apa yang dilakukan oleh day-caretakers? Tempat ini adalah lembaga untuk merawat anak-anak setiap harinya. Sekilas terlihat seperti taman kanak-kanak, namun sedikit berbeda. Perbedaannya terletak pada jam aktif dan kegiatannya. Biasanya anak-anak yang dititipkan di lembaga ini berusia mulai dari 6 bulan sampai usia sebelum masuk sekolah dasar. Namun juga ada beberapa daycare yang memiliki persyaratan minimum penitipan, seperti sudah lulus toilet training, atau berumur minimal 18 bulan.

Selain diperuntukan bagi orang tua yang bekerja, daycare juga merupakan option bagi keadaan-keadaan seperti di bawah lho. Berikut pengalaman seorang Ibu yang menggunakan jasa daycare.
Dikutip dari mommiesdaily.com:

Daycare dapat menjadi opsi bagi Mommies yang:
  • Menjalani waktu tempuh commuting yang lama dari rumah ke kantor.
  • Menginginkan tipe pengasuhan yang lebih “terpercaya” (meskipun ini sangatlah subyektif) dibandingkan anak diasuh oleh ART saja di rumah.
  • Sudah capek gonta-ganti nanny yang bisa datang dan pergi sesuka hatinya.
  • Tidak punya pengganti jika pengasuh utama anak sedang sakit. 

http://japan.stripes.com/
Lalu apa saja yang akan dilakukan anak-anak di daycare selagi orang tua mereka bekerja?

Seperti taman kanak-kanak pada umumnya, mereka akan belajar membaca, menulis, berhitung, dan cara berinteraksi. Ini merupakan pendidikan dasar yang perlu diberikan pada seumuran mereka. Lalu setelah itu mereka akan diizinkan untuk bermain di luar ataupun melakukan hobi mereka di kelas sampai waktu yang ditentukan. Selanjutnya mereka akan bersama-sama untuk menyantap makan siang. Makan siang ini tentu disiapkan oleh pihak daycare, dan sudah disetujui oleh orang tua untuk menyesuaikan kondisi anak. Lalu? Setelah itu mereka akan memiliki waktu tidur siang. Ya, inilah yang membedakan daycare dengan taman kanak-kanak biasa. Daycare memiliki waktu aktif sampai sekitar sore hari (sampai orang tua menjemput), dengan demikian anak-anak harus tetap terjaga tenaga dan kesehatannya dengan makan makanan sehat serta tidur siang. Nah selagi anak-anak tidur siang, maka semua guru atau perawat di sana akan melakukan evaluasi terhadap anak-anak yang mereka asuh hari itu. Apakah ada yang sakit? Ataukah ada yang perlu perhatian lebih hari itu? Dan segala macamnya yang terjadi dalam satu hari. Setelah mereka bangun dari tidurnya, mereka akan berada di kelas, bermain sembari belajar. Tentu bermain bersama teman-teman merupakan hal yang menyenangkan bagi sang anak, sehingga waktu tak akan terasa untuknya. Hingga sampai waktu orang tua akan menjemput mereka. Hal pertama yang akan menjadi pembicaraan mereka seperti, "Bagaimana hari ini? Menyenangkan kah?"

Tentu saja, orang tua akan merasa tenang jika terdapat senyum pada wajah anaknya yang menandakan bahwa ia merasa senang hari itu. Guru dan perawat kemudian biasanya juga menginformasikan keadaan anaknya hari itu. Dengan begitu, suatu keluarga tidak perlu terlalu terbebani dengan tumbuh kembang anak selagi mereka bekerja.

Baiklah, sekian dulu postku kali ini. Postingan selanjutnya aku akan membahas tentang event-event untuk keluarga di Jepang! Seperti apa yaa? Sampai di post selanjutnya teman-teman, じゃね!

Jumat, 13 Januari 2017

内外 (Uchi-Soto) ー Konsep Interaksi di Jepang!

Halo, teman-teman!


Bagaimana hari kalian? Semoga selalu menyenangkan ya.
Baiklah seperti yang sudah kujanjikan pada postingan sebelumnya, aku akan menjelaskan tentang suatu konsep menarik yang dimiliki lingkungan masyarakat Jepang, khususnya bagi keluarga. Konsep ini kerap dikenal dengan nama Uchisoto 内外(うちそと) yang bisa kita artikan dalam dan luar. Mari kita lihat apa arti sebenarnya.

Tapi, sebelumnya aku ingin bertanya. Apakah dari teman-teman ada yang memiliki geng sepermainan? Entah itu di lingkungan rumah, ataupun di sekolah. Yup, aku rasa kebanyakan orang pernah memilikinya, karena aku juga memiliki hal yang seperti itu. Walaupun tidak jarang teman-teman yang mungkin dulu kita kenal baik pada akhirnya m̶e̶n̶g̶h̶i̶l̶a̶n̶g̶ ̶e̶n̶t̶a̶h̶ ̶k̶e̶m̶a̶n̶a̶  (atau kita yang ternyata hilang entah ke mana ya, ehehehe). Nah, teman-teman yang seperti ini, seakan menciptakan dunia yang berbeda dari orang-orang lain di luar sana. Rasanya seperti itu.


Dikutip dari ageekinjapan.com:


In Japanese thought there’s a big difference between how you treat people within your inner circle of family and friends (Uchi – 内) and how you treat other people outside that circle (Soto – 外).
Jadi, perbedaan besar itu bukan hanya dari kedekatan tiap orangnya, namun dari cara kita memperlakukan orang-orang yang berada di dalam lingkaran (Uchi - 内)dan yang berada di luar (Soto - 外).
Kalau begitu, mari kita coba dengan contoh yang berada di masyarakat Jepang yang juga dapat dirasakan kita sebagai orang Indonesia. Disaat kalian sedang bermain dengan teman-teman dekat (内) maka kalian dapat mengobrolkan hal apapun yang kalian inginkan, namun ketika ada seseorang yang kalian tidak terlalu mengenalinya (外) maka secara tidak langsung akan terbentuk suatu dinding tak terlihat di mana kalian akan menahan semua obrolan itu supaya tidak terdengar selain oleh orang-orang dalam (内).


Ini adalah konsep yang menarik di mana orang dalam (内) pun akan bisa menjadi (外) ketika keluarga sudah berperan di dalamnya. Mengapa? Seperti yang sudah kutulis di dua post sebelumnya bahwa keluarga adalah tempatmu berasal dan kembali. Itu berarti, ada hal yang tidak untuk ditunjukkan selain pada keluarga. Dalam artian, di dalam kondisi ini keluarga menjadi uchi (内), dan teman-teman dekatmu seketika menjadi soto (外).



Lalu muncul pertanyaan, apakah orang luar (外) bisa menjadi orang dalam (内)?

Wah, ini tentu pertanyaan yang menarik. Tentu saja bisa. Sistem uchi-soto ini bukan berarti kita ingin membatasi pertemanan dan hanya berbicara pada orang yang sudah kita nyaman saja. Namun tentu, proses seleksi untuk menjadi teman dekat (内) akan memakan waktu dong? Itulah mengapa pertemanan dan hubungan yang dipaksakan kerap kali tidak berjalan baik. Jika orang luar (外) ini semakin sering bertemu denganmu, semakin mengenalmu, kita boleh meyakini sedikit demi sedikit untuk memilih membukakan pintu untuknya atau tidak. Jika kita menjadi nyaman, maka orang luar (外) tersebut akan masuk ke dalam lingkaranmu dan menjadi (内).

Nah, hal-hal seperti kental terjadi di lingkungan, apalagi keluarga Jepang. Jadi, jika suatu saat kalian berhadapan dengan situasi seperti ini jangan kaget dulu lho ya, hehe. Tetaplah menjadi dirimu sendiri, dan jangan mencoba untuk menyerang dinding mereka ya. Karena tak ada yang ingin kehidupan pribadinya dipertanyakan semudah itu kan. Jika sudah saatnya kamu menjadi 内, maka kamu akan merasa semakin masuk ke dalam lingkarannya kok.

Baiklah, sampai di sini dulu postingan kali ini. Postingan selanjutnya aku akan mengajak kalian mengintip sedikit ke dunia yang lebih dalam tentang keluarga dan lingkungan Jepang, hal apa itu? Nantikan post selanjutnya ya!

Minggu, 08 Januari 2017

家族ーKeluarga!

Halo teman-teman!

Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja. Jadi, bagaimana liburan akhir tahun kalian? Wah, pasti menyenangkan kalau sempat berlibur ya. Nah, apalagi bagi kalian yang sudah lama tidak pulang ke rumah karena mau tidak mau harus berada jauh untuk belajar, pasti ada keinginan untuk melepas penat di kamar sendiri. Semoga di tahun baru ini kita semua dapat menjadi yang lebih baik lagi.

Nah, seperti yang sudah kutulis di post sebelumnya, kali ini aku akan membuat postingan tentang bagaimana sih keluarga di Jepang sana? Sebelumnya, aku ingin bertanya. Ada yang tidak tahu Doraemon? Wah, pasti tahu semua dong. Serial animasi anak-anak yang populer itu adalah contoh yang baik untuk merefleksikan bagaimana sebuah keluarga yang umum di Jepang. Kalian bisa menemukan banyak sekali kesamaan yang terjadi juga di keluarga Indonesia lho. Lihat betapa seramnya Ibu Nobita ketika tahu anaknya mendapat nilai nol waktu ujian. Tentu bagi sebagian besar Ibu, menginginkan untuk anaknya pulang membawa hasil yang menggembirakan. Namun itu adalah potret dari masyarakat yang ada di sekitar kita lho teman-teman.

chenjinchao06.appspot.com
chenjinchao06.appspot.com
Jika kita lihat di samping, berikut adalah anggota keluarga di Jepang yang umum di dalam satu rumah. Ayah, Ibu, Kakek, Nenek, Kakak, Adik, dan biasanya ada yang punya hewan peliharaan. Tidak beda jauh dengan yang ada di Indonesia kan?

Lalu, apa sih yang biasanya suatu keluarga lakukan di rumahnya? Nah, apakah dari kamu ada yang punya toko di rumah? Di Jepang banyak lho keluarga yang memiliki toko di rumahnya. Biasanya kalau yang seperti ini, toko tersebut adalah turun temurun milik keluarganya. Contohnya saja toko roti. Hal yang paling sering kita temui adalah, setiap pagi seorang ayah membuka tokonya sambil memakai celemek. Lalu kemudian sambil dibantu istrinya untuk memanggang roti. Jika memungkinkan, maka anaknya akan membantu persiapan toko sebelum pergi sekolah. Saat pulang sekolah, anaknya tentu akan membantu usaha keluarganya dengan sesekali menjaga kasir, atau menyapu halaman toko yang sekaligus menjadi rumahnya sendiri. Menarik sekali bukan?

Nah, di samping keluarga besar seperti di atas juga ada keluarga yang hanya beranggotakan keluarga kecil. Contohnya kedua orang tua yang memiliki anak tunggal. Namun bukan berarti mereka tidak bahagia lho, setiap keluarga dapat menciptakan caranya untuk berbahagia. Seperti halnya berkumpul bersama setiap makan malam dan berbincang tentang hari itu, atau sesekali pergi berjalan-jalan jauh bersama dengan shinkansen. Cukup menarik bukan? Nah, apa yang kamu lakukan dengan keluargamu biasanya ketika ada waktu bersama?

Kalau begitu, sampai jumpa di postingan selanjutnya! Selanjutnya aku akan membahas bagaimana keluarga mereka memiliki konsep interaksi di kehidupan sehari-hari. Semoga sisa hari libur kalian menyenangkan!